“Guru Memang Bukan Orang Hebat. Tetapi, Semua Orang Hebat Berasal dari Jasa Seorang Guru.”
Hari guru, tahun ini, tepat pada Jumat (25/11/2022). Pagi ini, saya mendapat pesan di grup WhatsApp (WA). Pesan tersebut seperti yang tertulis di atas artikel ini. Grup ini beranggotakan semua alumni Sekolah Menengah Pertama (SMP) Nasional Lamongan angkatan 1974. Sebuah SMP swasta yang pertama kali ada saat itu. Hampir semua gurunya berasal dari SMP negeri I Lamongan di kota Sego Boranan ini saat itu. Jam masuk proses pembelajarannya siang hari, mulai pukul 13:00 sampai pukul 17:00.
Secara umum dan logis pula, bahwa profesi guru itu adalah profesi yang paling awal. Semua profesi lain juga berasal dari guru mereka. Jenderal berbintang 5 pun dulu juga pernah bersekolah. Presiden pun dulu juga pernah bersekolah. Dari pemikiran secara runtut kehidupan orang-orang sukses, bisa jadi profesi mereka karena guru mereka. Para dokter dan arsitek unggul juga pernah bersekolah. Pokoknya, guru adalah sumber asal profesi semua yang ada.
Hari guru pada 25 November 2022 ini, pemerintah mengambil tema “Serentak Berinovasi, Wujudkan Merdeka Belajar.” Jika dikaitkan dengan temanya, maka guru saat ini lebih dituntut untuk tidak gagap teknologi (gaptek). Guru-guru, akhirnya harus juga belajar lagi kepada ahli teknologi informasi (TI).
Proses upgrading alias menambah dan memperbarui pengetahuan dan keterampilan adalah sebuah proses guru yang harus mencari profesi lain yang ahli IT. Jadi, guru masih butuh profesi yang ahli TI. Namun, masih tetap relevan pesan yang dibagikan salah satu teman di grup WA di atas. Bukankah, para ahli TI sekarang ini juga karena bersekolah? Jika iya, maka guru merekalah yang menjadikan mereka ahli TI.
Merdeka belajar yang sekarang digalakkan memberikan dampak yang luar biasa dalam sistem Pendidikan nasional kita. Konsep awal dari istilah mereka belajar dari Ki Hadjar Dewantoto. “Maksud pengajaran dan pendidikan yang berguna untuk kehidupan bersama adalah memerdekakan manusia sebagai anggota persatuan (rakyat)” – Ki Hajar Dewantara yang dikutip oleh admin https://ditsmp.kemdikbud.go.id/.
Adapun konsep lain, merdeka belajar yang dicanangkan saat ini sangat berarti. Esensi kemerdekaan berpikir harus didahului oleh para guru sebelum mereka mengajarkannya pada siswa-siswi. Merdeka Belajar diharapkan dapat memperbaiki proses belajar mengajar agar dapat berdampak baik dalam aspek kehidupan. Mulai dari aspek fisik, mental, jasmani, dan rohani dalam dunia Pendidikan (Nadiem Anwar Makarim, Kemendikbud website, 2022 ).
Agar berhasil, merdeka belajar dimulai dari gurunya. Sekali lagi, guru merupakan modal utama sebagai ”produsen” profesi lain, yaitu murid-muridnya. Guru harus melek TI. Tuntutan itu sudah nyata. Dari sini, proses belajar mengajar diharapkan juga lebih baik karena ditunjang dengan TI.
Dampak aspek kehidupan, para peserta didik diharapkan berhasil sehingga mereka menjadi generasi penerus bangsa yang lebih baik. Apapun profesinya, para peserta didik tersebut diharapkan mengubah kehidupan mereka dan lingkungan tempat mereka hidup. Itulah, tugas guru saat ini dengan tema “Serentak Berinovasi, Wujudkan Merdeka Belajar.”
Bisa kita bayangkan, betapa berat tugas guru yang harus bisa memerdekakan anak didiknya. Merdeka dari kehidupan yang bruruk. Merdeka dari ketertinggalan. Merdeka dari kesengsaraan dan tekanan hidup. Pada intinya, para guru saat ini, harus bisa meningkatkan pengetahuan dan keterampilan lebih dahulu. Kemudian, para guru ini meningkatkan proses belajar mengajar (PBM) untuk anak didiknya.
Jadi, guru sebagai pencipta generasi selanjutnya. Mereka dituntut lebih dahulu untuk mengubah PBM dan perilakunya untuk peserta didiknya. Akhirnya, para peserta didiknya diharapkan menajadi insan yang berguna. Mereka ini harus merdeka dan tetap mengikuti aturan sistem Pendidikan nasional di negeri ini. Guru memang profesi yang paling hebat karena profesi lain apa pun juga karena jasa guru mereka. Selamat hari Guru 2022.
Penulis adalahWartawan Indonesia Pos; President of International Association of Scholarly Publishers, Editors, and Reviewers (IASPER), dan juga Dosen Bahasa Inggris Universitas NU Surabaya (UNUSA).