Banyuwangi, IP.News – Siswa-Siswi kelas 1 SMAN 1 Cluring Banyuwangi,mendapat tugas belajar dari sekolah untuk Observasi Kegiatan Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) dengan tema “Kegiatan Lokal” mencari tahu asal usul kegiatan budaya Tumpengan dan Takir Sewu yang ada di Kedawung Desa Sraten Kecamatan Cluring Banyuwang.
Rasya Aidil Citra Auliya selaku koordinator siswa-siswi SMAN 1 Cluring mendatangi rumah Irawan Suyanto yang juga sebagai pengurus Makam Prabu Tawangalun sekaligus penggagas Tumpengan dan Takir Sewu menceritakan secara jelas dan gamblang sejarah diadakannya Kirab Budaya Tumpengan dan Takir Sewu di kediaman Irawan,Senin (13/3/2023).
Sedekah Takiran itu sudah menjadi tradisi nenek moyang di Kedawung dari dulu kala dan sudah diadakan setiap tahun menjelang 1 Suro bulan jawa,tujuannya untuk mensyukuri nikmat Allah dengan bersedekah agar desanya diberikan keselamatan.
Lebih lanjut Irawan Suyanto menceritakan asal-usul diadakan kegiatan Kirab Budaya Tumpengan dan Takir Sewu.
Pada awal tahun 2017 serombongan dari Dinas Pariwisata Kabupaten Banyuwangi mencari keberadaan Makam Prabu Tawangalun yang ada di Kedawung Sraten.
Kedatangan rombongan dari Dinas Pariwisata di Kedawung kebetulan juga di dampingi oleh Kepala Desa Sraten,Ketua BPD dan tokoh masyarakat Kedawung.
Tujuan rombongan dari Dinas Pariwisata ke Kedawung untuk mencari Makam Prabu Tawangalun yang ada di Kedawung,untuk melakukan ritual atau nyekar di Makam Prabu Tawangalun.
Dulu pada saat Dinas Pariwisata Kabupaten Banyuwangi mengikuti event budaya tingkat nasional dan mengambil lakon “Sayu Wiwit” tidak nyekar di Makam Sayu Wiwit semua peserta kontingen dari Banyuwangi kesurupan.
Pada saat Dinas Pariwisata Kabupaten Banyuwangi,mau mengikuti event budaya tingkat Provinsi Jawa Timur dengan mengambil lakon “Langit Mendung diatas Kedawung. “dengan mendatangi Makam Prabu Tawangalun yang ada di Bayu, Macan Putih juga mencari keberadaan makam Prabu Tawangalun yang ada di dusun Kedawung Sraten untuk melakukan ritual atau nyekar dengan maksud agar semua kontingen yang mau ikut event budaya tingkat provinsi Jatim tidak kesurupan seperti yang dulu.
Selanjutnya tokoh spiritual dari Kediri yang tergabung dalam rombongan dinas pariwisata tersebut melakukan ritual di Makam Mbah Gitik Kedawung Sraten.
Pada saat ritual tersebut ada kejadian aneh di luar nalar manusia,Takir yang dibuat dari daun pisang kemudian di dalamnya diisi dengan bermacam-macam bunga,ketika saat Takir tersebut dinyalakan dengan korek api,saat itulah terjadi keanehan.
“Takir sama bunga setelah dinyalakan tiba-tiba muncul api yang sangat besar layaknya api unggun, membubung tinggi ke udara selama kurang lebih satu menit dengan ketinggian hampir dua meter.Anehnya setelah api itu padam Takir sama bunga tersebut tidak layu sama sekali,”cerita Irawan penggagas Tumpengan dan Takir Sewu.
Alkisah setelah kedatangan rombongan dari dinas pariwisata tersebut,Irawan mengumpulkan semua pemuda dan tokoh masyarakat juga kepala desa,untuk menjadikan aikon Makam Prabu Tawangalun yang ada di Kedawung menjadi wisata religius dengan mempublikasikan lewat kegiatan Budaya Tumpengan dan Takir Sewu mulai tahun 2017 sampai sekarang.
Semenjak diadakannya kegiatan Budaya Tumpengan dan Takir Sewu,sekarang ini keberadaan Makam Prabu Tawangalun yang ada di Kedawung Sraten semakin di kenal banyak orang dan ramai,juga dijadikan skripsi anak-anak yang sedang kuliah dan sekarang sudah lulus.(Irawan)