Pembangunan dan Konservasi Budaya Suramadu

0
1771


Pembangunan wilayah Suramadu (Surabaya dan Madura) setelah pembangunan jembatan Suramadu memang sangat strategis. Di samping pengembangan sisi Suramadu yang bisa meningkatkan daya saing, juga ada pentingnya mengkoservasi budaya setempat. Surabaya sebagai kota metropolitan sangat erat dengan industri dan perdagangan. Sebaliknya, Madura sangat erat dengan nilai-nilai keagamaan (religious) dan budaya Madura.

Menurut Peter Senge (1991), dalam pengembangan apapun di suatu wilayah negeri ada hal yang perlu dicermati. Filosifinya adalah sebagai berikut. “Think globally but Act locally”. Intinya, bahwa kita bisa dan boleh berpikir secara global namun kita harus bersikap lokal dan berbudaya lokal. Pernyataan Peter Senge tersebut, mengingatkan kita untuk senantiasa memperhatikan nilai-nilai budaya wilayah di mana saja jika kita ingin mengembangkan sebuah wilayah tersebut.

Wilayah Suramadu memang di antara dua pulau yang berdeda. Wilayah Suramadu memang di antara dua jenis wilayah Surabaya kota metropolitan dan Madura daerah santri dan penuh budaya daerah. Jadi, membangun wilayah ini tidak bisa kita lepaskan dengan filosofi Peter Senge. Berpikir global tetapi bersikap loka. Berkembang dengan industri namun tetap membangun budaya lokal.

Kita kerjakan pembangunan industri dan perdagangan serta peningkatan mutu pendidikan melalui pendidikan baik keterampilan maupun teknologi pembangunan. Banyak hal yang perlu digali dari khususnya Madura. Sebab, Madura terkenal dengan budaya keuletan. Madura juga terkenal dengan budayanya dan aktivitas keagamaan.

Dalam hal keuletan, Madura memiliki aset jiwa berwiraswasta misalnya perdagangan. Banyak pedagang baik besar maupun kecil berasal dari Madura. Mereka sangat ulet dalam melakukan pekerjaan perdagangan. Banyak juga pedagang kaki lima. Banyak juga pedagang di pasar-pasar tradisional. Nah, inilah yang menjadi aset bangsa khususnya rakyat madura.

Dalam hal keagamaan, Madura terkenal dengan masyarakat relijius. Banyak pondok pesantren dan juga tempat-tempat aktivitas keagamaan. Inilah merupakan aset juga sebagai bangsa yang tetap menjadi perhatian sebagai masyarakat agamis. Dengan demikian, pembangunan wilayah Suramadu, sangat diperlukan berbagai pertimbangan tentang nilai-nilai itu. Jika tidak, maka pembangunan apap pun tidak akan bisa berkembang tanpa melibatkan pertimbangan nilai-nilai keagamaan dan budaya setempat.

Adapun sisi wilayah Surabaya di Suramadu justru bisa sebaliknya. Namun, jelas bahwa wilayah ini ada pelabuhan. Pelabuhan Tanjung Perak bisa dikembangkan menjadi pelabuhan berskala internasional. Jika ini adalah salah satu pemngembangan sisi Suramadu menjadi kenyataan, maka kota Metropolitan ini tidak sekadar sebagai kota pahlawan melainkan juga bisa sebagai kota industri beskala internasional pula.

Dari dua dimensi pengembangan sisi wilaya Suramadu, maka bisa jadi ini merupakan cikal bakal pengembangan wilayah seperti Batam kedua. Atau juga bisa seperti Malaysisa kedua. Dengan demikian, pengembangan wilayah Suramadu setelah pembangunan jembatan Suramadu sangat relevan jika semua masyarakat mendukung dengan serentak.

Pengembangan tidak boleh meninggalkan unsur-unsur kelokalan, misalnya nilai-nilai budaya dan agama. Namun, di samping kita bersikap lokal, kita juga bersamaan mengembangkan potensi wilayah. Pembangunan jembatan Suramadu hanya titik awal dan itu masih dalam taraf titik sejarah pengembangan Suramadu dalam jangka panjang. Intinya adalah, jembatan Suramadu memang sebuah master piece rakyat Jawa Timur dan sekaligus kebanggaan nasional sebagai bangsa yang mengagumi hasil karya siapa saja.

Budaya dan nilai-nilai agama tetap menjadi pertimbangan yang kuat. Di samping itu, pembangunan wilayah menuju kesejahteraan rakyat juga menjadi tumpuan kita bersama. Agar pembangunan wilayah Suramadu itu bisa menjadi kebangaan baik wilayah Suramadu maupun nasional, maka pembangunannya tetap bersinergi dengan nilai-niali kelokalan. Masyarakat setempat baik dari sisi wilayah Madura dan sisi kota Surabaya bisa menerima visi dan misi pengembangan wilayah Suramadu.

Jadi, yang jelas, pembangunan tetap mengajak rakyat untuk bersikap lokal tetapi juga berpikir global. Dengan paduan itulah, maka apapun pengembangan dan pembangunan wilayah tersebut tetap menjadi impian dan kenyataan kita bersama. (**)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here