Banyuwangi.IP.News – Menurut cerita juru kunci Makam Prabu Tawangalun Kedawung Desa Sraten Kecamatan Cluring Banyuwangi,Irawan Suyanto ketika dikonfirmasi awak media terkait keberadaan Makam Prabu Tawangalun Kedawung,menuturkan sejarah pertama kali yang membuka/babat Alas Kedawung adalah Mbah Mertorejo,Minggu (19/2/2023).
Konon ratusan tahun yang lalu,menurut cerita almarhum Mbah Mertorejo sampai sekarang secara turun temurun dan diyakini kebenarannya oleh masyarakat Kedawung sampai saat ini.Mbah Mertorejo adalah orang yang pertama kali membuka/babat dan menetap di perkampungan Kedawung Banyuwangi.Pada saat itu Kedawung masih berupa hutan belantara,Mertorejo adalah orang asli dari Yogyakarta yang merantau ke Pulau Jawa paling timur menuju daerah Alas Purwo,berpuluh – puluh tahun Mertorejo babat hutan mulai dari Selatan dan berpindah -pindah tempat menuju ke daerah Utara.
Menurut cerita almarhum Mbah Kasim,anak dari Mbah Mertorejo dan dibenarkan oleh Ponimin sesepuh masyarakat Kedawung,konon Mertorejo ketika babat alas di Banyuwangi selalu berpindah-pindah tempat dari Selatan ke Utara.Almarhum Mbah Kasim dulu bercerita,bahwa suatu hari Mbah Mertorejo bermimpi mendapatkan petunjuk/wangsit.
“Jika suatu saat kamu menemukan tempat dibsebelah Utara sungai dan tanahnya subur bukan tanah ceket berhentilah dan menetaplah di situ,menurut cerita Mbah Kasim dulu semasa masih hidup dan di benarkan oleh Ponimin sesepuh masyarakat Kedawung,”jelas juru kunci Makam Prabu Tawangalun Kedawung.
Menurut cerita nenek moyang sampai sekarang,ketika pertama kali babat tanah Kedawung Mbah Mertorejo menceritakan bahwa sudah ada tiga Makam di kuburan tersebut yaitu,makam Mbah Darwi,makam Prabu Tawangalun dan satu lagi tidak tau namanya dan di sebelah timurnya ada pohon Lo yang sangat besar sudah ratusan tahun dan masih tumbuh besar sampai sekarang.
Margono anak dari almarhum Mbah Kasim menjelaskan,bahwa kuburan Kedawung itu dulu hanya untuk tempat makan keluarga dari Mbah Mertorejo,dan yang menjadi juru kunci juga Mbah Mertorejo.
“Dulu ketika ada seekor burung yang melintas di atas Makam Prabu Tawangalun,saat itu juga jatuh dan mati burungnya,’ucap Margono.
Mbah Mertorejo wafat Makam Prabu Tawangalun dirawat oleh anaknya yang bernama Mbah Kasim sebagai juru kuncinya.Mbah Kasim merasa kasihan ketika melihat ada orang meninggal tempat nguburnya jauh di Genting,mulai saat itulah kuburan Tawangalun di wakafkan untuk masyarakat Kedawung.
Selanjutnya Mbah Kasim menyuruh Tukimin untuk menjadi juru kunci Makam Prabu Tawangalun.Pada saat itu kuburan masih banyak pohon- pohon besar dan rumput ilalang yang lebat dan angker,sekarang Makam Prabu Tawangalun Kedawung semakin bersih tertata rapi dan tidak angker lagi dan semakin ramai orang berkunjung.
Semenjak Tukimin pergi ke Sulawesi yang menjadi juru kunci Makam Prabu Tawangalun Kedawung adalah pemuda dan remaja yang menjadi Ketua Irawan Suyanto atas permintaan Kyai Syafi’i dan masyarakat Kedawung sampai sekarang hampir 20 tahun lamanya.(Irawan)