Banyuwangi.IP.News – Kegiatan budaya menyambut tahun Baru Islam berupa Tumpengan dan Takir Sewu di makam Prabu Tawangalun di Kedawung Desa Sraten Kecamatan Cluring Kabupaten Banyuwangi secara rutin digelar setiap tanggal 1 Suro,Selasa (19/7/2023).
Ketua Perkumpulan Prabu Tawangalun,Irawan Suyanto menjelaskan bahwa kegiatan budaya Tumpenga dan Takir Sewu ini sudah mendapat pengakuan dari pemerintah daerah Kabupaten Banyuwangi,bahwa Takir Sewu berasal dari Kedawung.
“Dengan adanya budaya Tumpengan dan Takir Sewu di Kedawung yang dilaksanakan setiap tahun pada tanggal 1 Suro ini,dari 189 desa dan 28 kelurahan se-Banyuwangi Desa Sraten masuk 25 desa adat yang perlu dijaga dan dilestarikan terus kegiatan budaya Tumpengan dan Takir Sewu oleh generasi yang akan datang biar tidak punah,”jelas Irawan Suyanto.
K.H.Toha Muntoha Salam Pengasuh Pondok Pesantren Al Futuhiyah Tanjungsari Desa Sraten mengatakan,kegiatan ini adalah sebagai bentuk syukur kepada Allah SWT,atas karunia yang telah diberikan kepada warga masyarakat Kedawung sehingga melaksanakan tasyakuran dan juga diisi dengan kegiatan keagamaan setiap malam 1 Suro menjelang tahun baru Islam.
“Kegiatan ini sudah lama berlangsung dan secara rutin diadakan oleh masyarakat Kedawung dengan tujuan untuk memanjatkan doa kepada Allah SWT,agar masyarakat Kedawung senantiasa dijauhkan dari mara bahaya dan diberikan ketentraman,kedamaian dan kesejahteraan,”tutur KH.Toha Muntoha Salam.
Disamping tasyakuran dan ritual adat yang sudah diadakan mulai jaman nenek moyang dan diteruskan secara turun temurun sampai saat ini,juga diadakan Ngaji Al Qur’an dan tahlil bersama di tiga tempat yakni,Makam Prabu Tawangalun,Sumbersari dan makam Ki Buyut Gitik Kedawung.
Diharapkan kegiatan budaya Tumpengan dan Takir Sewu ini akan semakin besar dan nantinya bisa menyedot perhatian banyak orang,sehingga kegiatan budaya ini akan menjadikan Kedawung menjadi kampung wisata religius yang akhirnya bisa meningkatkan perekonomian masyarakat Kedawung dan Desa Sraten pada umumnya.(Irawan)