Sidoarjo, IPNews.Com – Membanjirnya pro duk alat dapur modern di pasaran, membuat perajin alat dapur tradi sonal harus memutar otak agar bi sa bertahan. Selain mempertahan kan kualitas produk yang dihasil kan,perajin alat dapur tradisional juga mengembangkan jaringan pemasaran yang lebih luas.
Salah satu perajin alat dapur tra disional yang masih bertahan hing ga kini adalah Maulana Safii warga Desa Kebakalan RT.05 –RW. 02, Ke camatan Porong Kabupaten Sidoar jo. Pria yang telah menekuni keraji nan alat dapur selama belasan ta hun ini mencoba bertahan mempro duksi berbagai alat dapur seperti oven, dandang dan langseng dan sebagainya.
Dalam usahanya Safii memberi kan nama UD “ Gajah Makmur “. yang Memproduksi alat dapur ber bahan alumunium dan Stainless , Safii juga memberikan jaminan me lakukan servis atau perbaikan alat dapur yang rusak telah telah diki rim ke pelanggan. “Justru memban jirnya alat dapur buatan pabrik merupakan tantangan tersendiri -agar bisa terus bertahan,” ujar safii di rumahnya, selasa (1/9/2015)
Untuk menjaga agar kerajinan pro duksinya tetap eksis di pasaran, Safii mengaku terus menjaga kua litas produksi. Selain itu ia juga mu lai membangun jejaring dengan pe dagang lokal yang merantau ke ber bagai daerah Jawa Timur seperti Po norogo, Madiun, Probolinggo, Tu ban. “Banyak juga pedagang yang merantau ke daerah luar jatim untuk ikut memasarkan produknya,” jelas nya.
Kenapa usaha yang ditekuninya ini bisa terus bertahan, jelas Safii, salah satu faktornya adalah rasa fanatik kalangan ibu rumah tangga yang hanya mau menggunakan pro duk lokal buatanya untuk memasak. Di tengah serbuat alat dapur dari pabrik, ternyata banyak ibu rumah tangga yang tetap memilih alat da pur buatan tangan. “ sejak tahun 2004 lalu produksi merek Gajah Mak mur sudah di kenal karena kwalitas dan mutunya” tandasnya.
Terkait harga produk buatannya, Safii mengaku telah mematok harga standar. untuk dandang stainless sedikit lebih mahal jika dibanding kan alumunium seperti jenis dan dang mie ayam berdiameter 35 cm, dijual seharga Rp 130 ribu per unit. Sementara untuk ‘langseng’ uka ran diameter 40, seharga Rp 140 ri bu per unit. “Selain jenis dan mo del produk, ukuran yang dibuat ju ga bermacam-macam tergantung pesanan ,” imbuhnya.
Di Desa Kebakalan masih ada be berapa orang pengrajin yang ber tahan dan Maulana Safii tergo long yang paling besar. Ia setiap hari mempekerjakan sekitar 12 orang. Sebagian diantara mereka ditugasi membuat dandang, se mentara yang lain oven. Untuk alat pembuat roti ini setiap men jelang hari raya Lebaran mengala mi banyak permintaan. Selama ini Safii mengaku tidak pernah menga lami kesulitan ba han baku. “Bahan baku lancar dan mudah didapat,” ujarnya. Jenis produk yang dihasil kan kini semakin halus dan varia tif, karena juga melayani kebutu han pedagang bakso. (Basiron)